Arsitek Harus Aktif Sumbang Ide

0 Komentar

BANDUNG – Gubernur Jawa Barat (Jabar), Ridwan Kamil mengatakan, arsitek harus memiliki peran aktif dalam memberikan ide dan gagasan secara ilmiah kepada pemerintah. Ide atau gagasan itu, lanjut Kang Emil, -sapaan Ridwan Kamil, bisa membantu pemerintah dalam membangun Jabar lewat berbagai proyek strategis. Asalkan, usulan yang disampaikan logis dan memberikan solusi nyata.
“Pendidikan arsitektur membekali saya satu hal, (yakni) dengan pendidikan arsitektur kita bisa memberikan solusi jika ada sebuah problem statement dengan hasil kerja yang paling realistis,” kata Kang Emil dalam web seminar “70 Tahun Pendidikan Arsitektur Indonesia: Arsitektur Untuk Kebaikan Bersama” melalui konferensi video dari Gedung Pakuan, Kota Bandung, Selasa (20/10).
Gubernur yang juga arsitek asal Bandung ini memaparkan, proses kerja dalam lingkup pemerintahan, terbagi menjadi dua bagian, yaitu top-down dan bottom-up. Untuk proses kerja top down, ia berujar bahwa sebuah proyek lahir sesuai karakter pemimpin.
“Apabila pemimpinnya berpikir secara sosial ekonomi, (maka) seperti apa yang sedang saya kerjakan, yaitu merevitalisasi alun-alun di setiap kabupaten/kota di Jabar,” ujar Kang Emil.
Terkait proses kerja bottom-up, ia mengatakan, dalam proses inilah, para arsitek bisa ikut terlibat dalam sebuah proses pengerjaan proyek pembangunan dengan duduk bersama memikirkan ide dan gagasan.
“Karena sebenarnya, mengenai dunia arsitektur, tidak semua pemerintah tahu apa yang harus dikerjakan. Di sinilah peran para arsitek dinantikan untuk memberikan ide-ide dan gagasan yang segar untuk diadopsi oleh pemerintah,” kata Kang Emil.
“Mudah-mudahan sketsa dari saya tersebut bisa dipahami oleh para arsitek di Indonesia. Jangan sampai jadi arsitek yang pasif, karena saya sebagai pemimpin, itu sangat membutuhkan masukan untuk menciptakan suatu inovasi pembangunan di berbagai bidang,” tambahnya.
Selain itu, dalam web seminar tersebut, Kang Emil meminta para arsitek untuk melahirkan ruang arsitektur tidak hanya berupa ruang formal, tapi juga ruang nonformal untuk menghadirkan sebuah ruang publik yang meningkatkan kebahagiaan masyarakat.
“Karena, buat apa hidup kalau tidak melahirkan sebuah kebaikan dalam sebuah perubahan yang membawa positif bagi lingkungan sekitar,” ujarnya mengakhiri. (mid/rls)

0 Komentar