Catatan Dua Dasawarsa Reformasi

Kolase-Reformasi-1998
Beberapa tokoh penggerak reformasi dari Cirebon.
0 Komentar

Oleh: Iman Sudarman
MEI merupakan bulan yang memiliki timeline penting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Selain ada momen kebangkitan untuk menjadi Indonesia yang modern.
Di bulan ini juga terjadi peristiwa besar yang akan terus dicatat dan menghiasi sejarah dan perjalanan kita ke depan, yakni tuntutan reformasi, yang ditandai dengan gelombang demonstrasi mahasiswa.
Puncak gerakan reformasi pada 20 Mei 1998, diwarnai aksi menduduki gedung DPR/MPR, dan berujung lengsernya Soeharto yang sudah berkuasa selama 32 tahun, tepatnya pada 21 Mei 1998.
Kalau mengingat kembali gelombang besar itu pada hari ini, pergolakan reformasi 98 tidak hanya di Jakarta yang menjadi episentrum gerakan, tetapi getaran dan gelombang reformasi dengan motor utama mahasiswa sudah menjalar hingga daerah, tidak terkecuali Cirebon.
Ada pusat gerakan mahasiswa Cirebon saat itu yakni Unswagati dan IAIN yang dulunya STAIN. Sebelum Mei, sebenarnya banyak perwakilan mahasiswa dari Cirebon yang menghadiri rapat akbar, mimbar bebas di kampus-kampus di Jakarta dan Bandung.
Awal Mei 1998, ada rapat akbar dan mimbar bebas di Kampus STAIN Cirebon. Semua perwakilan kampus, termasuk Unswagati mengirimkan perwakilan di kampus yang terletak di Jalan Perjuangan itu. Saat itu, militer masih represif. Demonstrasi hanya diperbolehkan di dalam kampus.
Pasca STAIN menggelar mimbar bebas, giliran Unswagati juga menggelar rapat akbar dan mimbar bebas menyuarakan reformasi, menyikapi kondisi masyarakat yang sulit karena krisis moneter, berantas KKN, penegakan hukum yang adil, hapus dwi fungsi ABRI dan isu utama turunkan Soeharto.
Sebelum aksi, sebenarnya kami agak khawatir karena kampus kami milik militer. Dandrem adalah ex officio Ketua Yayasan Unwagati. Intel sudah mengetahui mahasiswa akan menggelar mimbar bebas.
Selain ada rapat terbatas, kami sering menggelar rapat di teras masjid Nurul Ilmi (masjid kampus), baik untuk internal Unswagati maupun saat rapat gabungan. Itu hanya memudahkan koordinasi. Karena hampir pengurus senat mahasiswa fakultas saat itu aktif di masjid.
Presiden BEM Unswagati Eky Ahmad Zaki Hamidy misalnya, adalah mahasiswa Teknik Sipil Fakultas Teknik dan aktif di masjid. Anak kiai dari Cilimus ini kini sudah merampungkan S2 nya di ITB dan saat ini menjadi dosen di UIN Bandung.

0 Komentar