Jaring Laba-laba Jadi Solusi WBT

Jaring Laba-laba Jadi Solusi WBT
0 Komentar

SUMBER – Penataan Wisata Batik Trusmi (WBT) di Kabupaten Cirebon harus terwujud. Penanganan itu butuh melibatkan instansi pendukung. Misalnya, butuh penanganan infrastruktur, sebagai akses jalan yang memadai. Juga diperlukan rekayasa di lokasi langganan banjir.
Sebut saja ruas jalan dari Trusmi ke arah Desa Wotgali dan Desa Gamel. “Kalau dilakukan pelebaran jalan, kondisinya akan menemui kompleksitas tantangan,” kata Ketua Karang Taruna Kabupaten Cirebon, Dangi SSi MT MSc, kemarin (4/12).
Menurutnya, bukan berarti menghindar dari masalah. Tapi, mencoba menyederhanakan masalah dan mencari solusi yang mudah, murah dan bermanfaat. Ruas jalan tersebut tampaknya setiap tahun tergenang akibat ruang alami air yang semakin menyempit.
Selain itu, tata kelola drainase seret, membutuhkan review total. “Saya mencoba menyederhanakan masalah, sambil menawarkan alternatif solusi. Ruas jalan ini tentunya membutuhkan rekayasa teknis,” terang Dangi, yang juga menjabat sebagai Sekretaris Camat Pasalemen.
Yang pertama, kata Dangi, modifikasinya bisa dilakukan dengan pembuatan jalan berpori. Bisakah?  Kata Dangi sangat bisa! Pori-pori jalan yang dimaksudkan, sebagai ruang alam air. Pembuatan pori jalan harus terkoneksi secara integrasi dengan tata kelola drainase.
“Model jaring laba-laba bisa menjadi inspirasi pembuatan integrasi drainase, satu dengan lainnya saling menyambung,” paparnya.
Kedua, lanjut Dangi, rumah tinggal dan unit-unit ekonomi (toko, ruko atau showroom, dan lain-lainya) di kawasan tersebut wajib hukumnya memiliki sumur resapan. Modelnya bisa single unit atau komunal unit. Dengan model pembiayaan, bisa pola gotong royong atau crowd fund, bisa APBDes,  bisa CSR,  bisa juga APBD Kabupaten Cirebon. “Untuk itu, maka perencanaan aspek teknis, sosial dan ekonomi, perlu dilakukan secara cermat. Aspek teknis akan menghitung alur aliran air, volume air, elevasi, porositas tanah, model pori-pori, kondisi jalan, jenis bahan, dan lain sebagainya,” ungkapnya.
Sementara untuk aspek sosial akan memetakan potensi modal sosial (capital social), kegotongroyongan,  kelompok warga, dan nilai-nilai kearifan lokal. Sedangkan aspek ekonomi akan menginventarisasi potensi sumber dana dan sumber material.
“Artinya, Wisata Trusmi jangan sampai terganggu oleh genangan air.  Bahkan pola rekayasa manajemen air harus menjadi daya tarik edukatif untuk mendukung wisata Trusmi,” pungkasnya. (sam)

0 Komentar