Mengenang Dua Dasawarsa Reformasi

Kolase-Reformasi-1998
Beberapa tokoh penggerak reformasi dari Cirebon.
0 Komentar

Ratusan mahasiswa Cirebon ikut menyatakan aspirasi reformasi Mei 1998. Berbekal semangat muda yang membawa, para mahasiswa juga dibekali harapan agar bisa kembali dengan selamat, doa, ada juga yang ‘diisi’ oleh kiai agar lancar tidak ada gangguan selama berikhtiar di Jakarta.

AZIS MUHTAROM, Cirebon
BELASAN bus carter mengangkut ratusan mahasiswa asal Cirebon ke Jakarta, 18 Mei 1998. Diantara mereka yang diplot untuk jadi kordinator lapangan dan berencana ikut orasi. Sebagian lagi bertugas mengurusi timnya agar tidak terpencar, narahubung dengan korlap nasional, serta sebagian lagi mengurusi kecukupan logistik.
Dalam rombongan tersebut, aktivis mahasiswa membawa almamater kampusnya seperti Unswagati, STAIN (Sekarang IAIN), Untag, dan perguruan tinggi lainya di Cirebon.
Semangat bercampur waswas. Begitulah perasaan yang berkecamuk di benak para aktivis saat bertolak ke Jakarta, begitulah ungkapan yang dirasakan Nasori Ibnu Affan, salah seorang yang ikut ke Jakarta.
Kondisi saat itu sangat mencekam. Pressure terhadap para aktivis sudah dirasakan jauh-jauh hari sebelumnya. Berbagai aksi orasi yang digelar di setiap kampus secara bergiliran, dipelototi dengan tajam oleh aparat militer yang pada masa itu masih represif. Mereka tidak segan untuk mengintervensi pihak kampus agar menggagalkan rencana aksi para mahasiswa.
“Beberapa minggu terakhir sebelum puncak reformasi, kami bikin unjuk rasa dan panggung orasi secara bergiliran di masing-masing kampus. Dari situ, kami berhasil menggalang dukungan dari hampir seluruh elemen mahasiswa untuk menyatakan tuntutan reformasi yang sama,” ujar Nasori.
Sebelum hari pemberangkatan, para aktivis di rombongan tersebut menyiapkan strategi dan pembagian tugasnya masing-masing. Walaupun pada  praktiknya di Jakarta, strategi dan rencana tersebut tidak berjalan optimal mengingat mencekamnya suasana di ibukota pada beberapa hari menjelang Presiden Soeharto lengser.
“Jadi sebelum berangkat kita minta dia restu dulu sama sesepuh, tokoh, dan ulama Cirebon. Bahkan, korlap-korlapnya sempat ‘diisi’ dulu sama KH Fuad Hasyim, ayahnya kang Noval Fuad Hasyim yang juga ikut berangkat ke Jakarta. Maksud dan tujuanya sih supaya selama di saja lancar, aman, dan pulang dengan selamat,” ujarnya.

0 Komentar