Naik-Turun BRT Tak Harus di Halte

Naik-Turun BRT Tak Harus di Halte
0 Komentar

CIREBON – Bus Rapid Trans (BRT) atau Trans Cirebon berinovasi. Memberikan kemudahan. Sekarang, naik dan turun BRT tak meski di halte. Bisa dilakukan di titik Bus Stop (BS). Ditandai dengan plang biru. Total ada 13 titik. Artinya, jika dengan halte, ada 19 titik untuk naik dan turun.
Sampai sekarang ada 6 halte. Halte induk ada di Terminal Dukuh Semar. Kemudian ada Halte Karang Anom, Perikanan dan Kelautan, Kecamatan Kejaksan, Monumen Juang dan Halte SMPN 8. Karena dianggap jarak antarhalte terlalu jauh, maka disediakan BS tersebut.
BRT juga mengumumkan jadwal kedatangan di masing-masing halte dan BS tersebut. Sejauh ini relatif tepat waktu. Sampai sekarang, baru dua BRT yang beroperasi. Tiap halte, bus aksen biru-putih itu mengangkut penumpang. Yakni dengan waktu tunggu sekitar 30 detik hingga 1 menit. Tergantung banyaknya penumpang yang akan naik.
Sebelum masuk, penumpang diukur suhu tubuhnya. Lalu disarankan untuk menggunakan handsanitizer yang telah disediakan. Juga wajib menggunakan masker dan jaga jarak selama perjalanan. Jika penumpang sudah penuh, kondektur tak lagi mengangkut penumpang. Mereka harus rela antre. Menunggu bus kembali datang. Di dalam bus juga dipantau CCTV. Fasilitas bus seperti AC dan WiFi berfungsi dengan baik.
Sementara dari wakil rakyat, Komisi I DPRD mendorong pengembangan operasional Trans Cirebon untuk bisa melayani masyarakat wilayah III Cirebon. Ketua Komisi I, Imam Yahya SFilI MSi mengatakan, saat ini Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Cirebon tengah merintis kerja sama dengan Pemkab Indramayu untuk trayek anyar BRT. Komisi I mendukung upaya tersebut.
“Ke depan, ada rencana agar BRT ini bisa beroperasi di Kabupaten Indramayu, Cirebon, Kuningan, Majalengka. Sehingga, BRT ini bisa menjadi moda transportasi wilayah III Cirebon. Pada prinsipnya kami memberi dukungan,” kata Imam.
Imam mengatakan, Dishub, PD Pembangunan, dan PT BIG selaku operator menemui sejumlah kendala dalam pengoperasian BRT. Salah satunya kekurangan anggaran. Meski begitu, Imam optimistis BRT bisa menjadi moda transportasi modern yang melayani masyarakat Cirebon dan sekitarnya. Ia menyadari pandemi Covid-19 mengakibatkan sektor transportasi menjadi loyo.

0 Komentar