TPU Berpotensi Ditutup

TPU Berpotensi Ditutup
--FOTO: KHOIRUL ANWARUDIN/RADAR CIREBON PADAT: Lahan Pemakaman di TPU Kemlaten, Kelurahan/Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon sudah sangat padat.
0 Komentar

Kuburan Penuh, Lahan Makin Terbatas
CIREBON – Keterbatasan lahan pemakaman saat ini menjadi salah satu masalah yang terjadi di kota-kota besar. Tak terkecuali di Cirebon. Lahan makam yang kian terbatas, juga membuat masyarakat beralih kepada cara lain di luar pemakaman. Kremasi!
Bagi warga keturunan Tionghoa seperti Sucipto, ada beberapa cara dalam mengurus jasad orang yang sudah meninggal. Selain dimakamkan, masyarakat juga biasa melakukan pengabuan alias kremasi. Namun demikian, menurut Sucipto, pemakaman dianggap lebih dekat dengan tradisi masyarakat Tionghoa.
“Mungkin kalau dari segi tradisi, lebih baik dimakamkan. Karena di situ ada nilai-nilai kearifanya sendiri,” ungkapnya.
Masyarakat keturunan Tionghoa sendiri mengenal tradisi Ceng Beng, yakni tradisi mengunjungi kuburan leluhur. Pada tradisi itu, biasanya anggota keluarga akan membersihkan makam sebelum waktu kunjungan. Para anak diwajibkan membersihkan sendiri makam leluhurnya.
“Kalau dimakamkan, nanti keturunannya akan menyekar, mengunjungi atau mengenang. Dari situ akan juga mempertemukan saudara-saudara yang jauh sekalipun. Jadi kita akan lebih mengenal keluarga dan asal usul kita,” ungkapnya.
Namun, dirinya merasa prihatin dengan kondisi pemakaman leluhur saat ini yang semakin terancam. Perambahan pemukiman penduduk di kompleks pemakaman Tionghoa di Kota Cirebon, yakni Ku Tiong dan Sin Tiong serta keterbatasan lahan, membuat memilih cara lain dalam pengurusan jasad keluarganya.
Bahkan yang sudah dimakamkan di sana juga banyak yang dibongkar sendiri oleh keluarganya.  Kemudian di pindahkan ke lokasi pemakaman yang lebih aman. Seperti San Diego Hills di Karawang atau Mount Carmel di Ciperna. Walaupun secara tradisi dan kepercayaan, hal tersebut merupakan sesuatu yang tidak diperbolehkan.
“Kondisi pemakaman China di sini sudah sangat memprihatinkan. Pemerintah sudah tidak sanggup mengatasinya,” ungkap Sucipto.
“Salah satu tokoh Tiong Hoa Cirebon saja, Chen Fang Fang yang dimakamkan di Ku Tiong sudah tidak ada lagi. Terakhir terlihat tahun 2008, tapi setelah itu tidak tahu lagi. Padahal beliau termasuk orang yang banyak jasanya sebelum masa Tan Tjin Kie,” ucapnya.
TPU KEMLATEN SUDAH SANGAT PADAT
Kekhawatiran akan ketersediaan lahan pemakaman tidak hanya dirasakan oleh masyarakat keturunan Tionghoa saja. Masyarakat yang beragama Islam pun merasakan hal serupa. Luas Kota Cirebon yang hanya 37,36 persen dengan jumlah penduduk 340 ribu jiwa lebih, tentunya keterbatasan lahan pemakaman akan menjadi masalah di kemudian hari. Terlebih, dua dari tiga Tempat Pemakaman Umum (TPU) yang dikelola oleh pemerintah kondisinya sudah sangat padat.

0 Komentar