New Normal Australia, Disiplin Physical Distancing

rumah-ambruk-sirandu
Rumah Ratima di Kampung Sirandung, Kelurahan Pegambiran, Kecamatan Lemahwungkuk. Foto: Dedi Haryadi/Radar Cirebon
0 Komentar

JAKARTA – Kondisi ‘new normal’ sedang banyak dibicarakan di hampir semua negara, termasuk di Australia dan Indonesia. New Normal’ adalah sebuah keadaan di mana tiap-tiap individu beradaptasi dengan kondisi sosial di saat aturan pembatasan sosial diberlakukan.
Di Australia, aktivitas warga tidak langsung menjadi normal seperti sebelum pandemi virus corona, meski pembatasan aktivitas warganya sudah dilonggarkan. Pelonggaran dilakukan dengan cara bertahap dan masing-masing negara bagian memiliki kebijakannya sendiri dalam menerapkannya.
Dalam acara ‘Ngobrol Bareng Soal Virus Corona Dari Australia’ yang disiarkan di Facebook ABC Indonesia, Sastra Wijaya mengatakan sebenarnya tidak banyak perbedaan dari tiap-tiap negara bagian dalam melonggarkan aktivitas warga.
Ia mengatakan Pemerintah Pusat Australia yang bermarkas di ibukota Canberra telah menyerahkan ke tiap-tiap negara bagian untuk melonggarkan aturan yang selama ini membatasi aktivitas warga, dengan tujuan perekonomian bisa bangkit kembali. “Namun semuanya masih berdasarkan pada social distancing [menjaga jarak antara individu,” ujar Sastra.
Sastra memberikan contoh rumah tangga yang sudah bisa menerima tamu atau restoran yang sudah boleh buka tetap harus membatasi jumlah orang. Perdana Menteri Australia, Scott Morrison mengatakan pemerintahannya baru akan membuka sepenuhnya pusat-pusat kegiatan, jika penularan virus corona di Australia sudah benar-benar nol. Saat ini ada kurang dari 500 kasus corona positif di Australia dan dua orang yang berada di rumah sakit dengan bantuan pernafasan atau ventilator.
PERDEBATAN DIBUKANYA SEKOLAH
Dibukanya sekolah-sekolah di Australia pekan ini menjadi perdebatan di kalangan warga, sejak awal pandemi. Salah satu peserta diskusi, Hellena Souisa mengungkapkan hal ini. “Ada kekhawatiran kalau sekolah ditutup maka para pekerja medis akan sulit untuk mengatur waktunya, sementara ada prioritas bagi mereka untuk tetap bekerja,” kata Hellena dalam acara diskusi tersebut.
Alasan lainnya adalah Australia sangat konsisten dengan hasil temuan bahwa anak-anak tidak termasuk pada kelompok yang rentan tertular virus corona. “Tapi ini harus dites lagi di Indonesia,” jelas Hellena, karena kondisi anak-anak di tiap negara berbeda.
Sementara bagi orangtua di Australia yang tidak merasa aman mengirimkan anaknya ke sekolah, tetap bisa memilih agar bersekolah di rumah. Aturan baru di sekolah diantaranya adalah lokasi menurunkan dan menjemput anak yang berbeda dan tidak diperbolehkannya meminjam alat tulis, jelas Hellena.

0 Komentar