Transmisi Lokal Omicron Terjadi di Jabar

0 Komentar

BANDUNG- Transmisi lokal varian Omicron sudah terjadi di Jawa Barat. Hal ini diketahui saat ditemukan empat kasus dari satu keluarga di Kabupaten Bandung yang terkonfirmasi positif Omicron.
Hal tersebut disampaikan Kabid P2P Dinkes Jabar dr Lucya Agung Susilawati MARS. Menurut dia, berdasarkan data yang sudah masuk, saat ini sudah ada 14 kasus positif Omicron di Jawa Barat yang berasal dari Jawa Barat. “Dari 14 kasus yang ada, kita temukan terjadi transmisi lokal di mana dari satu keluarga ada beberapa yang positif setelah dilakukan tracing,” ujarnya kepada Radar, kemarin.
Diterangkan, dari kasus yang ditemukan rata-rata adalah pelaku perjalanan luar negeri yang terdeteksi terpapar saat menjalani tes ketika tiba di Indonesia. “Sebagian ada yang diisolasi di lokasi isolasi di Pasar Rumput Jakarta dan Wisma Atlet Pademangan. Kalau yang transmisi lokal di Kabupaten Bandung dilakukan isolasi di rumah sakit,” imbuhnya.
Mantan Direktur RS Paru Sidawangi tersebut mengatakan untuk kasus pertama di Jawa Barat yang terdeteksi Omicron berasal dari Indramayu. Pihaknya menerima informasi ketika pasien tersebut melakukan isolasi dan ketika dilakukan WGS diketahui hasilnya yang bersangkutan positif.
“Hasilnya kita ketahui dan langsung kita informasikan kepada Dinas Kesehatan Indramayu dan langsung dilakukan tracing serta dinyatakan sudah selesai. Pertama kali ditemukan kasus Omicron pada 16 Desember 2021,” ungkapnya.
Bersamaan dengan itu, Pemerintah Kota Depok melakukan pemeriksaan kepada 20 sampel yang ternyata didapati 8 di antaranya positif Omicron. Kedelapan warga Jabar yang positif tersebut berasal dari berbagai daerah. Mulai Cirebon, Majalengka, Karawang, Bandung Barat, Subang, Bekasi, dan Sukabumi. “Mereka melakukan perjalanan dari Turki, Uni Emirat Arab, Libanon, dan Arab Saudi,” pungkasnya.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa varian Omicron berbahaya terutama bagi masyarakat yang belum vaksinasi. “Omicron menyebabkan penyakit yang lebih ringan daripada Delta. Tapi, itu tetap virus berbahaya, terutama bagi mereka yang tidak divaksinasi,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus seperti diberitakan AFP, Kamis (13/1).
Tedros menegaskan, meski varian Omicron tidak lebih parah dari varian Delta, masyarakat tak boleh menyepelekan mutasi virus corona yang pertama kali terdeteksi di Afrika ini. “Seluruh negara soal potensi ‘tsunami’ kasus Covid-19 ketika infeksi virus corona melonjak secara global akibat penyebaran varian Omicron,” ujarnya.

0 Komentar