Susukan Lebak Tertinggi Angka Stunting

dri - data stunting susukan lebak (1)
REMBUK STUNTING: Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, dr Edi Susanto MM menyebut, kasus stunting terbanyak terjadi di Kecamatan Susukan Lebak. Kasus ini bisa menyerang berbagai kalangan ekonomi, baik menengah ke bawah ataupun menengah ke atas. FOTO: ANDRI WIGUNA/RADAR CIREBON
0 Komentar

SUMBER – Ada 10 wilayah yang menjadi prioritas dalam program rembuk stunting yang digagas Dinkes Kabupaten Cirebon. Wilayah-wilayah tersebut dipilih berdasarkan angka kasus stunting tertinggi di Kabupaten Cirebon.
10 wilayah tersebut berada di Kecamatan Susukan Lebak, Gunung Jati, Suranenggala, Gegesik. Dari empat wilayah kecamatan itu, kasus paling banyak terjadi di Susukan Lebak. Dari sekian desa yang ada, tujuh di antaranya masuk dalam program rembuk stunting yang akan mulai digarap Dinkes Kabupaten Cirebon.
Kondisi tersebut dipaparkan Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, dr Edi Susanto MM saat ditemui Radar, kemarin.
Menurutnya, Jawa Barat punya target pada 2023 zero kasus stunting. Untuk menuju target tersebut, sudah beberapa tahun ke belakang program rembuk stunting digulirkan untuk mengikis jumlah kasus stunting yang terjadi.
“Untuk di Kabupaten Cirebon, kasus paling banyak itu terjadi di Susukan Lebak. Di sana ada tujuh desa yang masuk prioritas penanganan program rembuk stunting. Setiap tahun kita garap 10 wilayah. Untuk tahun ini, ada tujuh desa dari Kecamatan Susukan Lebak dan 3 desa lainnya masing-masing dari Kecamatan Gegesik, Suranennggala dan Gunung Jati,” ujarnya.
Ditambahkan Edi, dari sekitar 15 ribu bayi yang ditimbang setiap tahun, angka stunting setiap tahun terus mengalami penurunan. Jika di 2018 angka stunting yang ditemukan sebanyak 8,9 persen, maka pada tahun 2017 menjadi 7,8 persen.
Penurunan tersebut, sambung Edi, merupakan hasil dari intervensi yang dilakukan Pemkab Cirebon dalam hal ini Dinkes dan SKPD lainnya, dalam melakukan penanganan bersama dalam kegiatan rembuk stunting. Edi menyebut, Pemkab Cirebon merealisasikan komitmennya untuk menekan angka kasus stunting dengan dukungan penuh.
“Kita terus lakukan intervensi, agar kasus stunting terus bisa ditekan setiap tahunnya. Dari mulai intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif dari mulai pemberian makanan tambahan, vitamin, edukasi PHBS dan lain-lain. Serta peran serta SKPD lain dari mulai PUPR yang membantu infrastruktur jambanisasi dan lain-lain, Dinas Ketahanan Pangan, Disdik. Ini menjadi kerja bersama, karena merupakan komitmen Pemerintah Kabupaten Cirebon untuk menekan angka kasus stunting,” imbuhnya.
Lebih lanjut Edi menegaskan, ada beberapa hal yang menjadi penyebab stunting. Di antaranya pola makan, pola asuh, dan sanitasi yang kurang baik. Bahkan banyak kasus stunting juga ditemukan di wilayah yang merupakan kantong-kantong TKI.

0 Komentar