GTC Sepi Sejak Awal

gtc-ditutup
Kondisi tenan di lantai 3 Gunungsari Trade Centre yang kurang perawatan, Jumat (18/9). GTC terancam ditutup karena konflik internal perusahaan. Foto: Okri Riyana/Radar Cirebon
0 Komentar

CIREBON – Kios-kios di Gunungsari Tred Center (GTC) sebagian besar sudah tidak beroperasi. Banyak yang tutup karena tidak ada penyewa. Hanya beberapa saja tenan yang beroperasi. Itu pun kebanyakan di lantai dasar.
Gedung GTC sesungguhnya memiliki tiga lantai. Namun terlihat kios-kios yang tak terawat. Bahkan eskalatornya pun sudah tak jalan menuju lantai 3.  Selebihnya di lantai 2 hanya ada 2 kios yang buka dan 2 kios untuk jasa lainnya. Naik ke lantai 3, hanya ada 1 tenant yang buka yakni Toko Tamiya.
Pemilik Toko Tamiya, Adang menuturkan, sejak dibuka pada Mei-Juni 2012 memang tak pernah ramai. Adang membuka usahanya Oktober 2012. Sejak itu, dia menempati area di lantai 3.
Beruntung usaha ini, juga turut hidup karena ada komunitas. Banyak yang bermain tamiya menjadi salah satu alasa ia bertahan di tempat situ, meski di lantai 3 dia hanya sendiri. “Nggak ada yang lain. Pernah ada tapi nggak kuat lama. Wahana permaianan juga sudah tutup,” terangnya.
Di tahun 2016 lokasi tersebut memang pernah ramai dengan batu akik. Seluruh lantai 3 ketika itu jadi sentra batu akik. Namun seiring berakhirnya kejayaan batu akik, tahun 2017 lokasi itu kembali sepi.
Adang mengaku dapat bertahan karena mengandalkan komunitas tamiya yang ada di Cirebon. Bahkan sebelum pandemi secara reguler ia bisa mengadakan event sebulan dua kali. “Mau gimana ke depan, saya tetap berharap bisa di sini, karena butuh tempat yang tak terlalu ramai,” ungkapnya.
Salah satu karyawan di tenant refleksi di lantai 2 yang tak ingin disebutkan namanya mengungkapkan hingga saat ini pengunjung memang terus berkurang. Bahkan bila biasanya buka hingga malam hari, kini di sore hari sudah tutup. “Pengunjungnya sekarang makin tak ada, tenant pun udah banyak yang kosong,” tukasnya.
Di tengah kondisi yang kian terpuruk, perusahaan pengelola GTC justru sedang terlibat sengkarut. PT Prima Usah Sarana (PUS) dan PT Toba Sakti Utama (PT TSU) bahkan sudah saling lapor dan
“PT Prima itu merupakan legal person, jadi bohong kalau disebut PT PUS merupakan anak perusahaan dari PT TSU. Tidak pernah ada penyertaan modal dari PT PSU ke PT Prima,” kata Kuasa Hukum PT PUS, Ferry Ramadhan.

0 Komentar