Lebih Dekat dengan ABK Cumi-cumi

abk-cirebon
Aktivitas di PPN Kejawanan ketika kapal sedang bersandar. FOTO: ADE GUSTIANA/RADAR CIREBON
0 Komentar

Pawang laut ini jarang pulang ke rumah. Bak Bang Toyib. Itu dilakoni demi nafkah anak istri. Ombak pun ikut digulung. Risikonya tidak kira-kira. Nyawa melayang. Apalagi sekarang sudah memasuki musim angin barat.

***
SEKALI berlayar bisa tiga hingga empat bulan. Bahkan satu tahun. Mencari tangkapan cumi-cumi. Dengan cara memancing. Satu pancing bisa memiliki tujuh hingga sepuluh mata kail. Mancing di laut tak perlu joran. Cukup dengan benang.
Kapal cumi ini punya ciri. Yaitu barisan lampu di atas kapal. Jumlahnya puluhan. Lampu-lampu itu untuk menarik perhatian cumi tadi. Beroperasinya ketika malam hari. Bada magrib hingga subuh. Selain pancing juga menggunakan jaring. Jika beruntung bisa memperoleh hasil tangkapan laut lain. Seringnya sih ikan layang dan kakap.
Dalam satu kapal dipimpin oleh seorang kapten. Sering disebut juga tekong. Tekong ini yang memegang kendali. Ibaratnya seperti mandor. Memantau kinerja ABK yang sedang bekerja. Memutuskan kebijakan jika dirasa perlu. Untuk menjadi tekong harus lebih dulu merasakan sebagai ABK.
Dalam perjalanan selama di laut, mereka ini sangat jarang menepi. Ya, di daratan seperti pulau. Kecuali memang ada masalah. Entah itu kerusakan mesin. Ombak besar dan badai. Atau juga kendala non teknis lain.
Ketika bersandar di Pelabuhan Perikanan Nasional (PPN) Kejawanan dimanfaatkan untuk memperbaiki kapal. Keluhan teknis tadi, disempurnakan di sini. Bukan oleh ABK atau Tekong. Tapi oleh teknisi bagian mesin. Kalau soal kerusakan non teknis diserahkan ke bagian rehab. Yang biasa ngelas juga menyempurnakan bentuk kapal tersebut. Kemarin, mereka sibuk bekerja. Dan mereka hanya memperbaiki, tidak ikut melaut selama berbulan-bulan tadi.
Salah seorang ABK, Andi, mengatakan kalau hasil tangkapan tak bisa diprediksi. Kalau lagi beruntung ya bisa banyak. Semua juga pasti begitu. Namun Andi tetap masih bersyukur. Asalkan pulang dengan selamat dan membawa rezeki untuk keluarga. “Rata-rata satu malam mendapatkan 10-20 kilogram,” katanya kepada Radar Cirebon, kemarin.
Gaji seorang ABK satu malam Rp30 ribu. Mendapat insentif Rp6 ribu per tangkapan. Jika Andi mendapatkan 20 kilogram, ia berhak atas insentif Rp120 ribu. Dengan gaji ia bisa mendapatkan Rp150 ribu dalam satu malam. Alhamdulillah. “Tapi ya kadang cuma dapet beberapa ekor saja,” katanya, miris.

0 Komentar