Risiko Belajar Tatap Muka di Tengah Covid-19

pjj-kota-cirebon
Suasana di ruang kelas. Belajar tatap muka belum diperbolehkan karena potensi penyebaran covid-19. Foto: Okri Riyana/Radar Cirebon
0 Komentar

Belajar tatap muka, sampai saat ini belum diperbolehkan. Kondisi ini tidak lepas dari terus meningkatnya kasus corona virus disease (covid-19) di Kota Cirebon yang terus meningkat pasca adaptasi kebiasaan baru (AKB).

IKATAN Dokter Indonesia (IDI) Kota Cirebon secara tegas menolak pembelajaran tatap muka di sekolah. Begitu juga Dinas Kesehatan (Dinkes) telah merekomendasikan sekolah tidak buka dulu.
Ketua IDI Kota Cirebon, dr H M Edial Sanif SpJP FIHA mengatakan, anak-anak play group, TK, SD, SMP, hingga SMA memiliki risiko tinggi terhadap penyebaran covid-19.
Apalagi anak-anak memiliki daya tahan tubuhnya belum begitu kuat. “Terlalu berisiko dipaksakan belajar tatap muka,” kata Edial, kepada Radar Cirebon, Minggu (30/8).
Bagaimana dengan penerapan protokol kesehatan? Ditegaskan dia, masih sulit mengontrol anak-anak.  Bisa saja berangkat sekolah dan di dalam kelas menggunakan masker. Tapi ada banyak faktor risiko saat mereka berinteraksi dengan teman, guru, maupun pihak lain.
Belum lagi siswa tidak semua memiliki mobil. Yang mengharuskan transportasi ke sekolah ditunjang angkutan umum, ojek online maupun moda transportasi lainnya. “Banyak media percepatan penularan apabila belajar tatap bila di sekolah. Jadi kami tegas menolak,” tandasnya.
Edial menambahkan, fakta yang saat ini terjadi tidak bisa dipungkiri. Sebaran orang tanpa gejala begitu banyak. Tidak menutup kemungkinan di sekolah ada orang tanpa gejala (OTG). “Hari ini swab negatif, besok bisa jadi positif karena interaksi dengan lingkungannya,” ujar Edial.
Karenanya, sekalipun sekolah dibuka dengan didahului rapid test atau swab, bukan jaminan aman. Bisa saja, dalam interaksi setelahnya mereka malah terpapar. “IDI menolak pemberlakuan belajar dengan  tatap muka di sekolah, karena mengancam keselamatan siswa dan angka penularannya bisa semakin meningkat dan tidak terkendali,” tegasnya.
“Nyawa satu anak bagi kami sebagai tenaga medis sangat berharga. Jadi mohon jangan membuka pembelajaran tatap muka di sekolah, anak-anak kita aset bangsa ke depan,” tandas Edial.
Di tempat terpisah, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cirebon, dr Edy Sugiarto MKes menyatakan tidak setuju tentang wacana siswa bersekolah langsung tatap muka. Pertimbangannya karena potensi  spreader atau transmisi sangat besar dari siswa ke siswa lain.

0 Komentar