Dr Diah Vita, Berbulan-bulan Menangani Pasien Corona

Dr Diah Vita, Berbulan-bulan Menangani Pasien Corona
dr Diah Vita yang sehari-hari menangani pasien corona, saat berada di ruang kerjanya di Klinik Sakura Rumah Sakit Daerah (RSD) Gunung Jati Cirebon. Foto: Azis Muhtarom/Radar Cirebon
0 Komentar

Menjadi tenaga medis dalam menangani pasien Covid-19, memang berisiko tinggi. Perlu proteksi ekstra terhadap keamanan diri dengan standar yang tinggi. Untuk menjaga keluarga dan orang-orang tercinta agar terhindar dari potensi penularan.

AZIS MUHTAROM, Cirebon
DOKTER jaga di Klinik Sakura yang merupakan klinik khusus di Rumah Sakit Daerah (RSD) Gunung Jati Cirebon, dr Diah Vita, membagikan pengalamannya untuk terus menerapkan standar proteksi diri yang tinggi.
Untuk mengamankan keluarganya, sudah berbulan-bulan dia ketika pulang kerja, setibanya di rumah tidak masuk dari pintu depan. Tapi, dari pintu belakang yang berhadapan langsung dengan kamar mandi di bagian belakang rumahnya. Untuk mandi membersihkan diri dan berganti pakaian bersih.
“Jadi setiap pulang kerja, saya masuk lewat pintu belakang rumah. Saya langsung mandi, langsung ganti baju bersih yang sudah disiapkan ART di ruang belakang. Saya merasa harus sangat protektif, karena saya punya 3 anak yang masih kecil-kecil. Juga tinggal serumah dengan ibu saya yang sudah lansia,” ujar Vita kepada wartawan, kemarin.
Vita adalah salah satu tenaga medis angkatan awal di RSD Gunung Jati yang menangani pasien Covid-19. Baik itu yang masih suspek maupun yang terkonfirmasi, sejak bulan Maret 2020. Pada masa awal tersebut, ada kebiasaan baru yang dilakukannya ketika berinteraksi dengan keluarganya.
Biasanya, sebelum masa pandemi, dokter umum yang kini bertugas di Klinik Sakura, atau klinik rawat jalan khusus Covid-19 ini, bersama suami dan ketiga anaknya selalu tidur dalam satu ruangan (kamar). Tapi, sejak menangani pasien Covid-19, dia memberi pengertian kepada anak pertama dan keduanya, agar bisa tidur pada ruangan yang terpisah.
“Jadi anak saya yang pertama dan kedua, tidurnya di kamar lain sama bapaknya. Saya hanya ditemani anak ke-3 karena masih menyusui. Sempat deg-degan juga sih. Tapi mau gimana lagi. Karena dia kan butuh masih menyusui. Akhirnya, sampai sekarang mereka (anak ke1 dan 2) terbiasa tidur terpisah,” ujarnya.
Rasa was-was yang berlebihan juga sesekali muncul. Salah satunya, beberapa minggu lalu ketika ada tenaga medis di RSD Gunung Jati yang positif Covid-19. Walaupun riwayat penularannya dari faktor eksternal. Bahkan, karena kepikiran berlebihan itu, dia sempat stres yang mengakibatkan asam lambung meningkat, jerawatan, dan sempat ada jamur di kulit. Karena stres yang berlebihan itu berpengaruh pada menurunnya imun tubuh.

0 Komentar