Jabar Kenalkan Alat Tes Covid-19 yang Baru, Hasil Penemuan Unpad dan ITB

Jabar Kenalkan Alat Tes Covid-19 yang Baru, Hasil Penemuan Unpad dan ITB
DICEK: Anggota Polres Kuningan bersama tim medis Dokkes melakukan pemeriksaan petugas kebersihan yang meninggal di warung kopi, Rabu (15/4). FOTO: ISTIMEWA
0 Komentar

BANDUNG – Gubernur Jawa Barat (Jabar), Ridwan Kamil, memperkenalkan dua alat tes Covid-19 hasil penelitian Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Institut Teknologi Bandung (ITB). Kedua alat tes tersebut yakni Rapid Test 2.0 dan Surface Plasmon Resonance (SPR), diperkenalkan di Pusat Riset Bioteknologi Molekular dan Bioinformatikan Unpad, Kota Bandung, Kamis (14/5).
Menurut Emil, sapaan Ridwan Kamil, Rapid Test 2.0 memiliki akurasi yang lebih tinggi dibanding alat rapid test sebelumnya. Akurasi Rapid Test 2.0, kata dia, mencapai 80 persen. “Ini karena Rapid Test 2.0 tidak menguji sampel darah, tetapi swab,” kata Emil.
Rapid test yang selama ini digunakan hanya mendeteksi keberadaan benda asing di dalam tubuh melalui antibodi, namun tidak spesifik ke virus. “Kalau yang Rapid Test 2.0 ini menggunakan antigen, jadi virusnya ketemu,” ucapnya.
Emil memastikan, untuk tahap awal, Rapid Test 2.0 akan diproduksi sebanyak 5.000 pada Juni 2020 oleh industri biotek di Jabar. Tahap selanjutnya, Rapid Tes 2.0 akan diproduksi sebayak 50.000.
“Harganya lebih murah. Kalau RDT yang selama ini beredar kan sampai Rp300 ribu, kalau ini maksimal hanya Rp120 ribu,” katanya.
Kemudian, alat tes Covid-19 yang kedua yaitu tes diagnostik cepat berbasis teknik resonansi plasmon atau Surface Plasmon Resonance (SPR) yang fokus mendeteksi antigen, yaitu SARS-Cov-2, virus penyebab Covid-19.
Emil menyatakan, SPR berbeda dengan tes swab dengan metode PCR (Polymerase Chain Reaction). SPR, kata dia, tidak memerlukan laboratorium saat menguji spesimen. Selain itu, waktu yang dibutuhkan untuk tes dengan SPR lebih cepat daripada metode PCR.
“Tapi, cukup laptop dan benda sebesar aki motor yang mampu menampung 8 sampel, jadi bisa dibawa kemana-mana,” ucapnya.
“Kita bisa mengetes langsung di pasar atau tempat lainnya dengan akurasi sama seperti PCR, harga alatnya sekitar Rp200 juta dan alatnya bisa mobile (dibawa kemana-mana),” imbuhnya.
Emil optimistis, dengan hadirnya Rapid Tes 2.0, SPR, Reagen PCR dari Biofarma, dan Ventilator buatan PT DI dan Pindad, target tes masif kepada 300.000 ribu warga Jabar dapat tercapai.
“0,6 persen dari jumlah penduduk Jabar atau 300 ribu orang harus dites. Insya Allah kami bisa mengejar target itu. Hadirnya berbagai alat tes medis buatan lokal ini menunjukkan bangsa kita bisa memproduksi alat bioteknologi sendiri,” katanya.

0 Komentar