Kisruh “Takhta” Kepemimpinan Keraton Kasepuhan Kembali Mengemuka

rahardjo-djali-plt-sultan-sepuh-kasepuhan-cirebon
Rahardjo Djali usai membacakan ikrar sebagai Polmak, atau orang yang diberi kuasa sebagai pelaksana tugas (Plt) Sultan Keraton Kasepuhan. Foto: Azis Muhtarom/Radar Cirebon
0 Komentar

Rahardjo Djali kembali membuat heboh. Setelah tindakannya menggembok bangunan Dalem Arum dan menurunkan foto Sultan Sepuh XIV Arief Natadiningrat dan istri pada Sabtu (27/6) lalu, kini dia memproklamirkan diri sebagai pelaksana tugas (Plt) Sultan Keraton Kasepuhan.

PRIA berkacamata yang juga cucu Sultan Sepuh XI itu, di depan para sesepuh, membacakan ikrar sebagai Polmak, atau orang yang diberi kuasa sebagai pelaksana tugas (Plt) Sultan Keraton Kasepuhan. Pengukuhannya berlangsung di Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Kamis (6/8) kemarin.
Langkah ini dilakukan, setelah Rahardjo mendapat restu dari pihak keluarga keturunan Sultan Sepuh XI. Ia juga mengklaim mendapat dukungan dari para pendukungnya dari kalangan pesantren kuno dan pemangku adat.
Pada kesempatan itu, Rahardjo membacakan ikrar disaksikan sesepuh keluarga Keraton Kasepuhan dari putra Ratu Wulung, Pangeran Mas Upi Suriadi. Pembacaan ikrar menjadi penanda dirinya sebagai Polmak Sultan Sepuh Keraton Kasepuhan.
Menurut Rahardjo, pengukuhan Sultan Sepuh mesti dilakukan dengan tahapan yang benar. Sesuai dengan tradisi musyawarah dan melibatkan tokoh ulama pesantren.
Dia menyebut, tradisi pengukuhan sudah berlangsung lama. Contohnya, Pangeran Cakrabuana saat turun takhta tidak kepada putra sulung, tapi kepada keponakanannya, Syekh Syarif Hidayatullah. Karena dianggap lebih mampu.
Terkait pengisian jabatan sultan secara definitif, menurut Rahardjo, menunggu sampai keluarga besar berkumpul. Setelah keluarga besar berkumpul, baru akan ditentukan sultan definitif.
“Waktunya belum bisa ditentukan. Karena doa dari para pihak keturunan dan pihak yang datang. Mesti ada banyak perbaikan yang dilakukan di keraton,” ungkapnya.
Terkait penentuan penerus takhta ini, Rahardjo mengaku sudah pernah berkomunikasi dengan alm Sultan Arief. Tetapi hasilnya buntu. Sehingga, keluarga besar keturunan Sultan Sepuh XI mengambil keputusan ini, agar Keraton Kasepuhan tidak hancur. Hingga 50-100, bahkan ratusan tahun lagi, Keraton Kasepuhan harus masih ada.
“Ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan lagi. Karena sebagai pendahulu, alm saudara Arief tetap patut diberi penghargaan atas pengabdiannya selama ini. Kita juga perlu informasikan (pengangkatan Plt Sultan, red) untuk melakukan perbaikan-perbaikan di depan,” tuturnya.

0 Komentar