Mitos Desa Slangit yang Tak Boleh Jual Nasi

mitos-desa-slangit
Khaeruni menawarkan nasi secara gratis. Ia percaya mitos, kalau akan ketimpa sial bagi yang menjual nasi putih. FOTO: ADE GUSTIANA/RADAR CIREBON
0 Komentar

Desa Slangit, Kecamatan Klangenan, Kabupaten Cirebon, punya mitos turun-temurun. Masih diimani hingga sekarang. Jika dilanggar, seram akibatnya. Antara meninggal atau sial. Percaya atau tidak, konon pernah terbukti. Lalu yang pasti, di Slangit tak ada yang jual nasi putih.

***
PEDAGANG lauk-pauk sih masih ada. Tapi tidak sekalian nasi. Adapun pembeli maksa, disediakan gratis. Tak masuk daftar bon pembayaran. Pedagang juga menolak untuk dibayar. Mereka ikhlas, tanpa menggerutu setelahnya. Dan ini hanya berlaku di Desa Slangit. Tidak di desa tetangga seperti Kreo, Klangenan atau Pekantingan.
Larangan menjual nasi ini erat kaitannya dengan jiwa sosial leluhur. Yang memiliki kepedulian tinggi untuk memberi. Apalagi itu kebutuhan pokok. “Kalau ada tamu dari mana saja, nasi itu jangan dijual. Biar dikasihkan saja,” ujar kepala desa setempat, Sura Maulana kepada Radar, kemarin.
Bukan berarti semua yang terbuat dari nasi dilarang. Ada pengecualian. Seperti lontong dan bubur. Terbuat dari nasi tapi bukan berbentuk nasi. Hanya beda pengolahan dan penyebutan. Itu, boleh.
Termasuk pantang menjual nasi yang diambil dari luar Desa Slangit. Nasi jenis apapun. Baik itu kuning, uduk, termasuk lengko. Jika ada akan berdampak sama. Sial atau meninggal. “Memang itu kuasa yang di atas, tapi kenyataan atau buktinya banyak,” ucap Sura.
Sura mengatakan, pada umumnya mereka yang nekat melanggar sebelumnya memang terlihat berhasil. Baik itu rezeki atau karir. Keberhasilan itu terlihat pesat, tak seperti biasa. Namun tak lama setelah itu, perlahan harta akan habis. Termasuk usaha yang mengalami kebangkrutan.
“Tokoh agama ada yang meninggal. Lalu tetangga termasuk paman saya mengalami sial itu. Harta habis termasuk harta yang dari orang tua,” katanya.
Bukan hanya itu. Di atas tanah Desa Slangit tak ada yang menanam tiga jenis hasil kebun pantangan. Yaitu cabe rawit, ketan hitam dan labu putih. Warga di sana menyebutnya walu deleg. Mereka yang maksa menanam langsung dicabut. Tak ada toleransi. Menurut Sura Maulana, jika memaksa menanam satu desa akan kena sial.

0 Komentar