Musim Pandemi; Apa Kabar Pengusaha dan Perajin Batik Cirebon? 

perajin-batik-di-tengah-covid
Proses menambal malam sebelum pencelupan... ILMI YANFA UNNAS / RADAR CIREBON
0 Komentar

Hari Batik Nasional, 2 Oktober 2020 seharusnya dirayakan dengan senyuman kebahagiaan. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Para perajin batik di Cirebon, sejak era pandemi Covid-19, seperti mati suri. Sepi kunjungan, sepi juga orderan. Imbasnya, mereka nyaris gulung tikar.

SALAH satu sektor yang sangat terdampak dengan pandemi Covid-19 adalah para perajin dan pengusaha batik. Turunnya daya beli serta rendahnya tingkat kunjungan, membuat para perajin batik sepi orderan.
Sebelum pandemi Covid-19, Daryana (50) memiliki 15 karyawan yang mengerjakan orderan batik dari sanggar dan galery yang ada di sentra Batik Trusmi. Warga Desa Trusmi Kulon tersebut, bisa memproduksi 8 sampai 10 batik tulis setiap minggunya, yang dijual dengan dengan harga Rp350-500 ribu.
Tapi kini, sudah beberapa bulan terakhir, tempat usahanya tersebut sudah tak lagi memproduksi batik. Ia terpaksa merumahkan 15 karyawannya karena sudah tak ada pesanan. Jangankan pesanan, barang yang sudah jadi dan siap jual saja masih belum juga laku. Ia masih ingat, kondisi ini mulai terjadi sejak Maret 2020 lalu.
“Saya sudah dari umur 17 tahun menggeluti bidang ini. Melanjutkan usaha orang tua turun-temurun. Karyawan saya dulunya orang sini semua, tapi sekarang dirumahkan karena tidak ada pesanan,” ujarnya.
Kondisi seperti ini, menurut Daryana, baru pertama kali ia temui. Ia pun tidak bisa berbuat banyak serta hanya bisa pasrah dengan keadaan. Alat-alat di rumahnya pun, nyaris tak pernah digunakan lagi dan kini hanya dijadikan jemuran cucian baju isterinya.
“Kondisi ini sangat memukul kami, perekonomian kami berantakan. Tidak hanya saya yang mengalami kondisi ini, tapi banyak perajin lainnya yang juga gulung tikar sementara waktu dan alih profesi ke bidang lain karena bisnis batik sedang sangat lesu,” imbuhnya.
Ayah dari empat orang anak ini pun mengaku, sudah alih profesi menjadi pedagang sementara waktu. Ia maklum, dengan kondisi saat ini, di mana turunnya daya beli masyarakat karena situasinya serba sulit. Jangankan untuk membeli batik, untuk kebutuhan sehari-hari saja karena kondisinya belum stabil akan sangat sulit dilakukan.

0 Komentar