Pedagang Pasar Pasrah, Pedagang Bakso Sudah Kebal

Pedagang Pasar Pasrah, Pedagang Bakso Sudah Kebal
MAHAL: Tumpukan dus berisi daging sapi impor di Battembat, Kecamatan Tengahtani, Kabupaten Cirebon. Foto kiri, penjual daging sapi di Pasar Kanoman, Kota Cirebon. FOTO-FOTO: ADE GUSTIANA/ RADAR CIREBON
0 Komentar

Harga daging sapi di Cirebon abnormal. Tak wajar. Mengalami kenaikan Rp5-10 ribu. Per kilogram. Terjadi sejak akhir tahun 2020. Sampai saat ini dan diprediksi akan terus berlangsung hingga Maret. Stok sapi impor yang mulai menipis disebut jadi alasan.ADE GUSTIANA, Cirebon“KARENA belanja sapi juga naik,” kata H Bastoni SPt MSc kemarin. Menjelaskan alasan kenapa dia menaikkan harga daging sapi. Dia adalah pengusaha daging sapi di Desa Battembat, Kecamatan Tengahtani, Kabupaten Cirebon.
Bastoni menjelaskan, kenaikkan harga sapi itu hingga Rp4 ribu. Per kilogram bobot hidup. Atau menjadi Rp49 ribu. Sebelumnya hanya Rp45 ribu. Dikatakan, kenaikan harga terjadi karena stok sapi yang menipis. Baik sapi impor atau lokal. “Karena kuota sapi nasional tahun 2021 belum ditentukan. Belum ada MoU (kesepakatan, red) di tingkat kementrian,” sambungnya, menjelaskan kenaikkan tersebut.
Termasuk kenaikan harga daging sapi impor, katanya, ditengarai karena stok daging impor tahun 2021 belum diteken. Sehingga masih mengandalkan stok daging/sapi tahun 2020. Yang mulai menipis. Sementara permintaan pasar cenderung stabil.
Di tingkat pengusaha seperti Bastoni, yang memotong sapi di Rumah Potong Hewan (RPH) Battembat dan mengolahnya sendiri, daging sapi lokal mengalami kenaikkan Rp5 ribu. Baik daging nomor I atau II. Nomor I sekarang dijual Rp105 ribu. Sementara nomor II Rp95 ribu. Per kilogram.
Secara sederhana daging sapi lokal adalah daging sapi yang dipotong di RPH setempat. Walau sapinya sendiri impor dari Australia. Daging sapi lokal tentu lebih segar dibanding daging import yang dibekukan dalam lemari pendingin. Secara tekstur dan rasa akan berbeda.
Daging impor juga mengalami kenaikkan. Tertinggi adalah daging impor nomor II. Naik Rp10 ribu. Menjadi Rp65 ribu. Sementara impor nomor I naik Rp5 ribu. Menjadi Rp77 ribu dari yang sebelumnya Rp72 ribu. “Daging nomor II peminatnya lebih banyak. Karena biasanya untuk pedagang baso,” terangnya.
Sementara letak perbedaan daging nomor I dan II ada pada kualitas. Lebih mahal tentu lebih baik. Ya, nomor I kualitas lebih bagus. Komposisi daging nomor I diambil dari bagian iga dan perut. Sementara nomor I dari paha depan dan belakang. Di antara lokal dan impor, lebih laris impor. Karena harga yang cenderung lebih murah. Bastoni yang menamai tempat usahanya Uut Beef itu, satu hari bisa menjual 2 ton daging impor. Dan 300 kg daging lokal. Konsumennya dari wilayah 3 Cirebon. Juga menjangkau hingga Brebes, Jawa Tengah.

0 Komentar