Silaturahmi Bukan Rebut Keraton

keraton kasepuhan cirebon
Keraton Kasepuhan Cirebon. Foto: Radar Cirebon.
0 Komentar

CIREBON – Panitia pelaksana rencana silaturahmi akbar keturunan Syekh Syarif Hidayatulloh dan Pangeran Cakrabuana, Rd Ahmad Rifki memastikan jika acara yang digelar Jumat siang (14/8) ini, bukan aksi unjuk rasa atau pendudukan paksa (merebut) area keraton. Sepanjang pihak PRA Luqman Zulkaedin kooperatif.
Menurutnya, warga keturunan Syech Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) dan Pangeran Cakrabuana Syech Haji Abdullah Iman, dari sejumlah daerah dijadwalkan akan menggelar Silaturahmi Akbar ke Keraton Kasepuhan Cirebon, pada Jumat 14 Agustus 2020.
Mereka menamakan dzurriyat (keturunan) dari dua tokoh pendiri kasultanan di Cirebon tersebut, dengan nama Warga Djati. Yang akan datang terdiri dari warga dan juga sejumlah kiai dari pesantren, dan juga wargi djati dari keraton. Seperti dari Palembang dan Bandung.
“Ada yang sekarang tengah di perjalanan naik pesawat dan kereta api menuju Cirebon. Tujuannya, tabayun dengan pihak Luqman Zulkaedin terkait silsilah nasab atau keturunan atau ke trah asli keturunan Sunan Gunung Jati,” ungkapnya.
Pihaknya juga sudah mengirim surat terkait silaturahmi tersebut ke pihak PRA Luqman. Tapi belum mendapatkan balasan. Namun, dia mengaku hal ini tidak menjadi penghalang. Sebab surat tersebut sifatnya pemberitahuan, sekaligus mengundang juga pihak PRA Luqman untuk ikut serta dalam kegiatan.
Rifki juga memastikan bahwa kegiatan tersebut murni silaturahmi dan diskusi, bukan aksi demo turun ke jalan dan lain sebagainya. Silaturahmi tabayun dan mediasi dengan data yang mereka punya akan dibeberkan dalam pertemuan itu.
“Kalau dari pihak Luqman nggak ikut nimbrung, terpaksa kita deklarasi di keraton. Penolakan bahwa yang terakhir menjabat bukan trah asli Syekh Syarif Hidayatulloh,” ujarnya.
Dia memperkirakan yang akan hadir dalam pertemuan ini mencapai 500 orang. Tapi, tidak semua memiliki hak untuk bicara. Nanti akan diatur per kafilah menunjuk beberapa orang juru bicara. Forumnya sendiri, akan dipimpin oleh ulama-ulama dari pesantren kuno seperti Bendakerep, Buntet, dan lainnya.
Dia mengakui, jika persoalan ini mungkin tidak cukup untuk diselesaikan pada satu ajang pertemuan. Sehingga, ke depan akan dijadwalkan pertemuan-pertemuan lanjutan. Sehingga, semua pihak sepakat dan menemukan fakta yang sebenarnya.

0 Komentar