Yang Lebih Ngenes dari Banjir di Kabupaten Cirebon

0 Komentar

Di tengah air yang tak kunjung surut kemarin, ada yang lebih membuat menggerutu. Yaitu petani di Desa Suranenggala Kulon, Kabupaten Cirebon. Mereka sedang harap-harap cemas. Sudah 2 hari 2 malam sawah tergenang air. 230 hektar sawah di desa itu terancam gagal tanam.ADE GUSTIANA, CirebonKALAU terjadi, kerugian lebih dari ongkos membersihkan rumah dari lumpur akibat banjir. Sebab biaya yang dikeluarkan dari mulai semai hingga tanam lumayan besar. Sekitar Rp3,5 juta. Per hektare. Jika dikalikan luas sawah 230 hektar didapat hasil yang fantastis. Di desa itu saja, kerugian nyaris tembus Rp300 juta.
Desa di Kecamatan Suranenggala itu memang baru memasuki masa tanam. Sekitar 1 minggu. Lain cerita kalau usia tanam sudah 1 bulan. Kalau saja 4-5 hari air tak kunjung surut, ancaman gagal tanam itu semakin nyata.
Karena dipastikan padi di dalamnya akan membusuk. Harus tanam ulang. Dengan rincian biaya pengeluaran yang sama. Belum lagi jika melihat cuaca Cirebon dan sekitarnya akhir-akhir ini. Nyaris tiap hari gerimis dan turun hujan dengan intensitas tinggi. “Kerugiannya lebih dari ongkos membersihkan rumah atau makan sehari-hari,” jelas Kuwu Suranenggala Kulon, Kasmad, kemarin (19/1).
Hingga kemarin air yang menggenang di sawah milik warga belum terlihat ada tanda-tanda surut. Pun dengan rumah-rumah mereka. Sebagian masih tergenang. Dua dapur umum didirikan di sana. 3.000 nasi bungkus dibagikan kemarin. “Memang mayoritas mata pencaharian warga kita adalah sebagai petani dan nelayan,” terangnya.
Banjir terparah ada di RW 04 Blok Pagertoya. Agar air cepat suruh warga dan pemerintah desa melakukan penyedotan menggunakan mesin pompa. Yang biasa digunakan mengairi sawah. Masing-masing mesin diberikan 5 liter solar. Gratis. “Kita tidak bisa menunggu air sungai surut. Jadi sedot pakai mesin. Kalau nunggu sungai surut, lama,” kata Kasmad.
Tak hanya sawah yang dicemaskan. Keseharian lain ikut terganggu. Misalnya warga yang bekerja sebagai nelayan. Di musim hujan tak bisa melaut. Karena kapal tak bisa melewati jembatan aspal di bawah jalan pantura tersebut. Airnya terlalu tinggi.

0 Komentar