Masyarakat Cipasung Lestarikan Baliung

Masyarakat Cipasung Lestarikan Baliung
UNIK: Masyarakat Kampung Nyangkokot Desa Cipasung Kecamatan Lemahsugih memiliki tradisi membuat makanan Baliung, yang pembuatannya harus melalui puasa dan dalam kondisi bersih. FOTO:I STIMEWA/RADAR MAJALENGKA
0 Komentar

 
LEMAHSUGIH – Sudah hampir 10 bulan, Rike Andrianti warga Desa Margamulya Kecamatan Lemahsugih menggali budaya dan tradisi di Kampung Nyangkokot Desa Cipasung Kecamatan Lemahsugih. Hal itu dia lakukan karena kecintaannya kepada nilai-nilai sejarah yang ada di seluruh Indonesia khususnya di Jawa Barat.
Rike menjelaskan, di setiap daerah pasti memiliki budaya dan tradisi masing-masing. Namun menurut Rike di Kampung Nyangkokot ada beberapa tradisi yang sangat unik, baik olahan makanan ataupun keseniannya. Saat ulang tahun atau syukuran setelah panen, ada pembuatan olahan makanan leluhur yaitu Baliung yang terbuat dari beras dan pembuatannya tidak sembarangan.
“Proses pembuatannya harus puasa dulu, dalam keadaan bersih, penggunaan air juga harus dari mata air yang ada sejarahnya. Apalagi saat menumbuk beras harus hati-hati dan pelan,” jelas Rike.
Baliung tidak bisa diolah sembarangan dan pengolahannya hanya dilakukan saat tertentu karena sacral. Berbeda dengan olahan makanan tradisional lainya seperti apem, adas, dan kalua jeruk yang bisa kapanpun dibuat, diolah, bahkan dijual.
Sebelum datang ke Kampung Nyangkokot, dia pernah ke daerah Garut dan Sunia. Makanan Baliung menurutnya hanya terdapat di Baduy, Sumedang, dan Majalengka yang menjadi nilai dan keistiwewaan daerah tersebut dan bisa menjadi daya tarik wisatawan yang ingin tahu tradisi di tiap daerah.
Rike mengajak kepada masyarakat sekitar untuk mengenal lebih dalam tradisi dan budaya suatu daerah. Menurutnya yang harus dikembangkan bukan hanya potensi alam, tetapi ada peninggalan leluhur yang harus dijaga dan dilestarikan.
“Seperti di sini kan ada nalaksa, ruwatan, reog, calung, dan silat. Dari sejarah kita bisa tahu, makanya harus dimunculkan lagi tradisi atau sejarah yang pernah dilakukan leluhur kita,” ujarnya.
Apalagi anak muda di zaman sekarang harus tahu tradisi dan budaya, minimal di daerahnya sendiri harus bisa menghormati dan mengaplikasikannya. Jangan sampai masyarakat dari luar banyak yang menggali dan tahu akan tradisi dan budaya suatu daerah, sedangkan masyarakat pribumi tidak mengetahui bahwa di daerahnya banyak tradisi dan budaya yang sangat istimewa. (iim)

0 Komentar