Pedagang Kulit Ketupat Untung meski saat Wabah Covid-19

Pedagang Kulit Ketupat Untung meski saat Wabah Covid-19
UNTUNG: Wa’o sedang membuat kulit ketupatn pesanan salah satu pembeli. ---FOTO: KHAERUL ANWARUDIN/RADAR CIREBON
0 Komentar

CIREBON – Momentum Hari Raya Idul Fitri, selalu menjadi peluang bisnis bagi masyarakat. Tak terkecuali bagi Wa’o (45), seorang pedagang kulit ketupat musiman.
Sejak selesai salat Subuh, dia bergegas menuju kompleks Keraton Kanoman. Sambil membawa istri dan dua orang anaknya, dia menggelar lapak seadanya. Tepat di depan Keraton Kanoman.
Dengan membawa sekitar 1.600 lembar janur kelapa, dia berharap menuai berkah. Nyata saja, dari pagi hingga siang, dia tak beranjak dari lapaknya yang sederhana.
“Dari pagi, datang sehabis salat Subuh sudah bikin. Alhamdulillah, pembeli ada saja. Jadi sampai sekarang belum kemana-mana,” ujarnya.
Meskipun dirinya sudah sangat terampil dalam menganyam kulit ketupat, serta dibantu oleh istri dan anaknya, tapi tetap saja tak bisa menandingi permintaan pembeli. Dia harus berpacu dengan waktu.
Pembeli menunggu dengan sabar. Namun jika pesananya cukup banyak, Wa’o selalu meminta pembelinya untuk menunggu.
Menurut Wa’o, untuk membuat satu kulit ketupat, membutuhkan waktu sekitar 2-3 menit. Dia melakukanya dengan cukup hati-hati demi mendapatkan hasil yang presisi.
Dalam satu batang daun kelapa, biasanya terdiri dari 70 hingga 80 lembar. Tapi tentu tak semuanya bisa digunakan. Karena ada lembar daun kelapa yang ukurannya terlalu kecil atau kondisinya telah rusak.
Satu paket yang berisi 10 kulit ketupat, dia jual dengan harga Rp15 ribu. Dibandingkan dengan tahun lalu, jelas harganya sangat melonjak. Tahun lalu satu paket masih dijual Rp10 ribu.
Tapi, kenaikan itu menjadi wajar mengingat susahnya mencari bahan baku, yakni janur kuning kelapa. Terlebih dengan situasi pandemi Covid-19.
“Kalau saya kan ngambil dari kuningan. Kalau di sini, sudah susah nyari bahan bakunya. Sementara kan sedang ada wabah juga. Di mana-mana PSBB,” ungkap pedagang yang berasal dari Kecamatan Gunung Jati tersebut.
Meski demikian, dia mengaku keuntungan tahun ini lebih besar dibandingkan tahun lalu. “Kalau dibilang sih, enak sekarang. Tapi ya itu, susah nyari bahan bakunya,” pungkas Wa’o. (awr/mid)

0 Komentar