Beban Tenaga Medis Makin Berat

0 Komentar

JAKARTA – Indonesia masih belum usai dalam menghadapi gelombang pertama penyebaran Covid-19 dengan rata-rata pertambahan kasus mingguan sebanyak 8,4 persen. Sementara akumulasi hingga Rabu (23/9), lebih dari 109 ribu orang berstatus sebagai suspect, dan menunggu hasil pemeriksaan.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito mengatakan, tidak perlu menunggu sampai adanya gelombang kedua apabila kasus bisa ditahan tanpa perlu sampai ke puncak penyebaran. ”Bagusnya kasus bisa ditekan melalui perubahan perilaku masyarakat yang sampai saat ini masih belum baik sehingga kasus terus naik,” ujar Wiku dalam diskusi virtual.
Wiku mengatakan, penyakit yang disebabkan oleh virus Corona ini bisa menyerang dengan menunggu masyarakat lengah dan tidak mematuhi protokol kesehatan. Oleh karena itu, dia mendorong agar masyarakat semakin sadar dalam menerapkan protokol kesehatan dan mengubah perilaku hidup di masa pandemi. ”Kunci menghadapi penyakit ini pada perubahan perilaku yang memang sulit untuk Asia, khususnya Indonesia, karena berbenturan dengan budaya,” ungkap Wiku.
Menurut dia, masyarakat Indonesia secara budaya sulit untuk menjaga jarak karena selalu ingin dekat dengan keluarga, kerabat, dan teman. Kondisi ini berbeda dengan masyarakat di negara Barat yang biasa hidup individualis sehingga tidak sulit untuk menjaga jarak.
Wiku menambahkan, pada kebiasaan memakai masker, juga sulit diterapkan secara disiplin oleh sebagian masyarakat Indonesia yang secara budaya juga senang berinteraksi, khususnya pada masyarakat kelompok ekonomi bawah yang masih merasa aneh untuk menggunakan masker. ”Penyakit ini menularnya cepat kalau tidak pakai masker,” tambah dia.
Oleh karena itu, Wiku menambahkan, dalam menangani penyakit ini perlu pendekatan budaya, bukan pendekatan medis. Karena, sebanyak apapun fasilitas dan tenaga medis yang disiapkan, tidak akan cukup apabila masyarakat tidak mengubah perilakunya di masa pandemi. ”Tidak akan mampu bangsa ini menghadapi penyakit dengan cara kuratif karena mendidik dokter dan bangun fasilitas medis lama sekali,” kata Wiku.
Dia menambahkan, walau saat ini ada harapan dari pengembangan vaksin dengan jumlah produsen yang banyak, namun ketersediaannya sangat terbatas. Selain itu, masa pengembangan vaksin juga relatif singkat sehingga efektivitas dan keamanannya belum teruji, dengan kekebalan mungkin hanya bertahan 1 tahun dan perlu penyuntikan ulang setelahnya. ”Kita tidak tahu efektivitas dan keamanannya, tapi vaksin ini pilihan untuk mencegah Covid-19,” imbuh Wiku.

0 Komentar